Powered by Blogger.

[Ibrah] Menghargai Mas’ul


Ustaz Umar Tilmisani rahimahullah menceritakan:

Salah seorang ikhwan mengundang Imam Hasan al-Banna untuk makan tengahari di Syabin al-Qanathir, yang termasuk daerah jagaan saya.

Saya sendiri tidak diundang, namun Imam al-Banna ingin mengingatkan kekeliruan akh yang mengundang tersebut tanpa melukai perasaannya. 

Setibanya dari Kaherah, Imam al-Banna mengutus seseorang untuk memanggil saya dari mahkamah. Lalu saya pun segera menemuinya.

Imam al-Banna segera berkata: “Naiklah.” Saya bertanya:  “Hendak ke mana?” Beliau menjawab: “Untuk makan tengahari di rumah Fulan.”

Saya berkata: “Tapi saya tidak diundang, sedangkan tuan tahu sensitiviti saya dalam hal ini.”

Imam al-Banna menjawab: “Saya tahu benar, tapi saya tidak boleh melewati Syabin al-Qanathir tanpa meminta izin Akh Mas’ul daerah ini.”

Saya berkata: “Tetapi tuan adalah Mas’ul kami semua dan kami wajib taat kepadamu.”

Imam al-Banna berkata: 

“Itu adalah urusan umum. Sedangkan dalam masalah ini, maka Mas’ul daerah adalah penguasanya dan pembuat keputusan. Jika pemimpin Jemaah tidak menghargai kedudukan para Mas’ul dalam Jemaah, maka yang akan terjadi adalah kekacauan, bukan ketertiban.”

Saya berkata: “Semoga Allah membalas tuan dengan kebaikan atas pelajaran ini.” Imam Syahid berkata: “Kamu naiklah, atau saya akan utus orang lain untuk memanggil tuan rumah agar dia menjemputmu bersama kami.”

Saya berkata: “Kalau begitu, saya naik.”

Ruj: 100 Pelajaran dari Para Pemimpin IM, Muhammad Abdul Hamid

p/s: Kita pulak amacam? ^_~

Post a Comment

Pemberitahuan

Kandungan dalam blog ini terbuka untuk dikongsikan demi manfaat dakwah, cuma mohon disertakan bersama alamat blog.

Bagi tujuan komersial pula, hendaklah meminta izin daripada pengendali blog (azrah85@gmail.com).

  © Blogger template Shush by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP